Sejarah Sang Saka Merah Putih

Posted by Moeclazh Favian Kamis, 05 Desember 2013 2 komentar
Warna merah-putih bendera negara diambil dari warna panji atau pataka Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur pada abad ke-13. Akan tetapi ada pendapat bahwa pemuliaan terhadap warna merah dan putih dapat ditelusuri akar asal-mulanya dari mitologi bangsa Austronesia mengenai Bunda Bumi dan Bapak Langit; keduanya dilambangkan dengan warna merah (tanah) dan putih (langit). Karena hal inilah maka warna merah dan putih kerap muncul dalam lambang-lambang Austronesia dari Tahiti, Indonesia, sampai Madagaskar. Merah dan putih kemudian digunakan untuk melambangkan dualisme alam yang saling berpasangan.

Catatan paling awal yang menyebut penggunaan bendera merah putih dapat ditemukan dalam Pararaton; menurut sumber ini disebutkan balatentara Jayakatwang dari Gelang-gelang mengibarkan panji berwarna merah dan putih saat menyerang Singhasari. Hal ini berarti sebelum masa Majapahit pun warna merah dan putih telah digunakan sebagai panji kerajaan, mungkin sejak masa Kerajaan Kediri.

Sebenarnya tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang memakai bendera merah putih sebagai lambang kebesaran. Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji-panji merah putih. Selain itu, pada waktu perang Jawa (1825-1830M) Pangeran Diponegoro memakai panji-panji berwarna merah putih dalam perjuangannya melawan Belanda.

Kemudian, warna-warna yang dihidupkan kembali oleh para mahasiswa dan kemudian nasionalis di awal abad 20 sebagai ekspresi nasionalisme terhadap Belanda. Bendera merah putih digunakan untuk pertama kalinya di Jawa pada tahun 1928. Di bawah pemerintahan kolonialisme, bendera itu dilarang digunakan. Bendera ini resmi dijadikan sebagai bendera nasional Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, ketika kemerdekaan diumumkan dan resmi digunakan sejak saat itu pula.

Sebagai istri tokoh pergerakan nasional paling populer ketika itu, Ny Fatmawati membantu menjahitkan bendera merah putih yang idenya diambil dari panji kebesaran Majapahit. Ny Fatmawati tidak membuat bendera merah putih sekali jadi. Sebelum 16 Agustus 1945, ia sudah menyelesaikan sebuah bendera merah putih. Namun ketika diperlihatkan ke beberapa orang, bendera tersebut dinilai terlalu kecil. Panjang bendera itu hanya sekitar 50 cm. Bendera merah putih yang baru dan lebih besar harus segera dibuat. Malam itu juga, usai sampai di rumah, Ny Fatmawati membuka lemari pakaiannya. Ia menemukan selembar kain putih bersih bahan seprai. Namun ia tak punya kain merah sama sekali.

Dan Beruntung ketika itu, ada seorang pemuda bernama Lukas Kastaryo (Di kemudian hari masuk militer dengan pangkat terakhir brigjen) yang berada di kediaman Soekarno. Seperti dituturkan Lukas Kastaryo pada majalah Intisari edisi Agustus 1991, ia lantas berkeliling dan akhirnya ia menemukan kain merah yang tengah dipakai sebagai tenda sebuah warung soto. Ditebusnya kemudian dengan harga 500 sen (harga yang cukup mahal kala itu), dan menyerahkannya ke ibu Fat. Ny Fatmawati akhirnya menyelesaikan bendera merah putih yang baru malam itu juga. Ukurannya 276 x 200 cm.

Bendera baru ini akhirnya dikibarkan tepat 17 Agustus 1945, dan menjadi bendera pusaka negara di tahun-tahun sesudahnya. Karena usia tuanya, sang Saka terakhir kali berkibar pada tahun 1969 untuk kemudian diistirahatkan di Museum Nasional. Untuk selanjutnya, pemerintah membuat bendera dengan ukuran 300 x 200 cm.

ARTIKEL TERKAIT:

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Sejarah Sang Saka Merah Putih
Ditulis oleh Moeclazh Favian
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://moeclazh.blogspot.com/2013/12/sejarah-sang-saka-merah-putih.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

2 komentar:

Maulana Ahsan mengatakan...

wow :)
nice info gan kini saya jadi tau :D
comeback

Moeclazh Favian mengatakan...

hehe :)

Posting Komentar

Berbagi Informasi | Copyright of moeclazh.blogspot.com.