Biografi Chairil Anwar
Sabtu, 19 Oktober 2013
2
komentar
Chairil Anwar
dilahirkan di Medan, 26 Julai 1922. Chairil Anwar merupakan anak tunggal.
Ayahnya bernama Toeloes, mantan bupati Kabupaten Indragiri Riau, berasal dari
Taeh Baruah, Limapuluh Kota, Sumatra Barat. Sedangkan ibunya Saleha, berasal
dari Situjuh, Limapuluh Kota. Dia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan
Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Dia dibesarkan dalam keluarga yang
cukup berantakan. Kedua ibu bapanya bercerai, dan ayahnya menikah lagi. Selepas
perceraian itu, saat habis SMA, Chairil mengikut ibunya ke Jakarta. Chairil Anwar
adalah seorang penyair legendaris yang dikenal juga sebagai "Si Binatang
Jalang" (dalam karyanya berjudul "Aku"). Salah satu bukti
keabadian karyanya, pada Jumat 8 Juni 2007, Chairil Anwar, yang meninggal di
Jakarta, 28 April 1949, masih dianugerahi penghargaan Dewan Kesenian Bekasi
(DKB) Award 2007 untuk kategori seniman sastra. Penghargaan itu diterima
putrinya, Evawani Alissa Chairil Anwar.
Dalam hidupnya
yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya
meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa
pedih “Bukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala
tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta”. Sesudah
nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa
membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi
nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil seringkali kehilangan sisinya yang
liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya.
Chairil masuk
sekolah Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang
pribumi waktu masa penjajahan Belanda. Dia kemudian meneruskan pendidikannya di
Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah menengah pertama Hindia Belanda,
tetapi dia keluar sebelum lulus. Dia mulai untuk menulis sebagai seorang remaja
tetapi tak satupun puisi awalnya yang ditemukan.
Wanita adalah
dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat,
dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis
itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun, kepada gadis Karawang,
Hapsah, Chairil telah menikahinya.
Nama Chairil
mulai terkenal dalam dunia sastera setelah pemuatan tulisannya di "Majalah
Nisan" pada tahun 1942, pada saat itu dia baru berusia dua puluh tahun.
Hampir semua puisi-puisi yang dia tulis merujuk pada kematian. Chairil ketika
menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta jatuh cinta pada Sri Ayati tetapi
hingga akhir hayatnya Chairil tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya.
Puisi-puisinya beredar di atas kertas murah selama masa pendudukan Jepang di
Indonesia dan tidak diterbitkan hingga tahun 1945.
Semua tulisannya
yang asli, modifikasi, atau yang diduga diciplak dikompilasi dalam tiga buku :
Deru Campur Debu (1949); Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949); dan
Tiga Menguak Takdir (1950, kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin). Chairil
memang penyair besar yang menginspirasi dan mengapresiasi upaya manusia meraih
kemerdekaan, termasuk perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari
penjajahan. Hal ini, antara lain tercermin dari sajaknya bertajuk:
"Krawang-Bekasi", yang disadurnya dari sajak "The Young Dead
Soldiers", karya Archibald MacLeish (1948).
Dia juga menulis
sajak "Persetujuan dengan Bung Karno", yang merefleksikan dukungannya
pada Bung Karno untuk terus mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945. Bahkan
sajaknya yang berjudul "Aku" dan "Diponegoro" juga banyak
diapresiasi orang sebagai sajak perjuangan. Kata Aku binatang jalang dalam
sajak Aku, diapresiasi sebagai dorongan kata hati rakyat Indonesia untuk bebas
merdeka.
Vitalitas puitis
Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya. Sebelum menginjak usia 27
tahun, sejumlah penyakit telah menimpanya. Chairil meninggal dalam usia muda di
Rumah Sakit CBZ (sekarang Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo), Jakarta pada
tanggal 28 April 1949; penyebab kematiannya tidak diketahui pasti, menurut
dugaan lebih karena penyakit TBC. Ia dimakamkan sehari kemudian di Taman Pemakaman
Umum Karet Bivak, Jakarta. Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari masa
ke masa. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.
Kritikus sastra Indonesia asal Belanda, A. Teeuw menyebutkan bahwa
"Chairil telah menyadari akan mati muda, seperti tema menyerah yang
terdapat dalam puisi berjudul Jang Terampas Dan Jang Putus". Selama
hidupnya, Chairil telah menulis sekitar 94 karya, termasuk 70 puisi; kebanyakan
tidak dipublikasikan hingga kematiannya. Puisi terakhir Chairil berjudul Cemara
Menderai Sampai Jauh, ditulis pada tahun 1949
ARTIKEL TERKAIT:
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Biografi Chairil Anwar
Ditulis oleh Moeclazh Favian
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://moeclazh.blogspot.com/2013/10/chairil-anwar.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Moeclazh Favian
Rating Blog 5 dari 5
2 komentar:
wow keren mas :)
thanks
comeback
thanks maz ;)
Posting Komentar