Adab Menerima Tamu

Posted by Moeclazh Favian Sabtu, 02 November 2013 4 komentar

Setiap orang tentu pernah kedatangan tamu, baik karena hubungan famili, persahabatan ataupun berkujung semata-mata ada suatu urusan. Berkaitan dengan hal ini, Islam telah memberikan tuntunan. Berikut rinciannya:

·     Mengucapkan selamat datang kepada tamu
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA tatkala utusan Abi Qais datang kepada Rasulullah beliau bersabda, “selamat datang kepada para utusan yang datang tanpa merasa terhina dan menyesal”. (Riwayat Bukhari).

·     Menjawab salam
Jika seorang tamu mengucapkan salam di depan pintu, hendaknya tuan rumah menjawabnya. Menjawab salam sesama muslim berarti menunaikan hak sesama muslim. Dari Abu Hurairah berkata “Saya mendengar Rasulullah bersabda “Hak orang muslim terhadap muslim lainnya ada lima, yaitu menjawab salam....”. Adapun apabila ahli kitab yang mengucapkan salam, maka jawabannya cukup hanya dengan ucapan “alaik” atau “alaikum” saja. (Riwayat Bukhari).

·     Berjabat tangan
Bila kedatangan tamu, hendaknya tuan rumah menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Dari Salman Al-Farisyi, Rasulullah bersabda “Sesungguhnya seorang muslim apabila bertemu dengan saudaranya sesama muslim kemudian keduanya berjabat tangan, maka akan gugurlah dosa-dosa keduanya sebagaimana bergugurnya daun-daun kering di hari angin bertiup kencang, ataupun jika tidak, maka dosa-dosa keduanya akan diampuni walaupun seumpama sebanyak buih di lautan”. (Riwayat Turmudzi, Abu Daud dan Ibnu Majah).

Tetapi bila tamunya lain jenis dan bukan mahramnya, dilarang berjabat tangan karena Rasulullah tidak pernah berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahramnya. Aisyah berkata, “Rasulullah tidaklah pernah menyentuh wanita sama sekali sebagaimana yang Allah perintahkan. Tangan beliau tidak pernah menyentuh tangan mereka. Ketika baiat, beliau hanya membaiat melalui ucapan dengan berkata, “Aku telah membaiat kalian”. (Riwayat Muslim).

Bahkan dosa orang yang berjabat tangan atau menyentuh wanita yang bukan mahramnya lebih pedih daripada ditusuk kepalanya dengan jarum besi. “Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya”. (Riwayat Thabrani).

·     Menyambut tamu dengan gembira
Tuan rumah hendaknya menyambut tamunya dengan penuh gembira dan wajah berseri-seri. Jika dia sedang punya masalah, hendaknya tidak dinampakkan kepada tamu. Jika kekesalan itu tertuju kepada tamunya, hendaknya diusahakan tetap bisa bersikap ramah.

·     Mempersilahkan tamu seperti di rumah sendiri
Tuan rumah hendaknya memperlakukan tamu seperti saudara sendiri sehingga tidak layak jika membiarkaan tamu seperti orang asing.

·    Segera menyuguhkan hidangan agar tamu segera merasakan sikap ramah dari tuan rumah
Hal itu dijelaskan dalam Al-Qur’an ketika Nabi Ibrahim AS menyuguhkan hidangan kepada tamunya. “Kemudian Ibrahim mendekatkan hidangan tersebut pada mereka”. (Adz-Dzariat [51]:27).

ARTIKEL TERKAIT:

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Adab Menerima Tamu
Ditulis oleh Moeclazh Favian
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://moeclazh.blogspot.com/2013/11/menerima-tamu.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

4 komentar:

Wahyu Eka Prasetiyarini mengatakan...

Keren banget nich artikelnya :)

Moeclazh Favian mengatakan...

makasih mbak :))

Anonim mengatakan...

buatin aq

Moeclazh Favian mengatakan...

sapa ne?

Posting Komentar

Berbagi Informasi | Copyright of moeclazh.blogspot.com.